Murwati Widiani
A. Pendahuluan
“Siji, loro, telu, astane sedeku, mirengake
Bu Guru, menawa didangu. Papat nuli lima, lenggahe sing tata, aja pada sembrana
mundhak ora bisa.” Lagu dengan lirik yang sangat dikenal
masyarakat, khususnya anak-anak sekolah di Jawa, menyiratkan sebuah institusi
pendidikan yang lebih dirasakan sebagai sebuah lembaga sangat formal,
gurusentris, peserta didik harus selalu mendengarkan guru tanpa diberi
kesempatan untuk berkreasi. Memang benar, sejauh ini pendidikan kita masih saja
didominasi oleh pandangan lama (meskipun tidak menyeluruh).
Pengetahuan dianggap sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas
masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengatahuan, kemudian ceramah
menjadi pilihan utama strategi belajar.
Kegiatan pembelajaran yang masih didominasi guru juga terjadi pada
pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah. Menurut hasil supervisi pembelajaran
yang dilakukan penulis terhadap guru-guru mata pelajaran bahasa Indonesia di
kabupeten Sleman (dalam kegiatan kepengawasan), masih dijumpai beberapa kendala
pembelajaran yang berdampak pada kurang efektifnya proses dan hasil
pembelajaran bahasa Indonesia. Kendala tersebut antara lain: (1) guru belum
merancang pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan materi,
(2) guru belum menggunakan pendekatan, metode, strategi, teknik, dan model
pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan menyenangkan, (3) guru belum menggunakan media pembelajaran
yang sesuai, khususnya untuk kompetensi keterampilan mendengarkan, (4) guru
belum mampu menjadi model yang baik untuk kompetensi keterampilan berbicara dan
belum berupaya menggunakan model dari sumber lain.
Jika kita cermati Standar Proses (Permendiknas nomor 41 tahun 2007), di
sana dijelaskan bahwa dalam proses pendidikan diperlukan guru yang memberikan keteladanan,
membangun kemauan, dan mengembangkan potensi dan
kreativitas peserta didik. Implikasi dari
prinsip ini adalah pergeseran paradigma proses pendidikan, yaitu dari
paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran. Lebih jauh lagi
dijelaskan bahwa mengingat kebhinekaan budaya, keragaman latar belakang dan
karakteristik peserta didik, serta tuntutan untuk menghasilkan lulusan yang
bermutu, proses pembelajaran untuk setiap
mata pelajaran harus fleksibel, bervariasi, dan memenuhi standar. Proses pembelajaran harus interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, dan
memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Untuk dapat memenuhi standar proses, diperlukan kemauan
untuk menyadari kekurangan atau adanya permasalahan, belajar dari berbagai
sumber dan forum untuk menemukan solusi permasalahan, serta mengimplementasikan
hasil belajar atau solusi untuk merancang perbaikan pembelajaran. Jika semua
ini dilakukan oleh seorang guru, artinya guru tersebut sudah berniat untuk
memulai kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sebagai bahan belajar, pada
makalah ini akan dikemukanan: (1) PAIKEM sebagai model alternatif pembelajaran yang
sesuai dengan Standar Proses, (2) Implementasi PAIKEM pada pembelajaran bahasa
Indonesia, (3) Menggunakan PAIKEM untuk merancang PTK.
B.
PAIKEM sebagai Model Alternatif Pembelajaran yang Sesuai dengan Standar
Proses
Sebuah
pendekatan pembelajaran yang ideal haruslah dapat lebih memberdayakan peserta
didik, tidak gurusenris, dan menyenangkan. Salah satunya kita
kenal dengan nama PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inspiratif, Inovatif, Kreatif,
Efektif, dan Menyenangkan). PAIKEM menggunakan prinsip-prinsip pembelajaran
berbasis kompetensi. Pembelajaran berbasis kompetensi adalah pembelajaran yang
dilakukan dengan orientasi pencapaian kompetensi peserta didik. Muara akhir
hasil pembelajaran adalah meningkatnya kompetensi peserta didik yang dapat
diukur dalam pola sikap, pengetahuan, dan keterampilannya.
PAIKEM
membantu peserta didik mengembangkan kemampuan berpikir tahap tinggi, berpikir kritis,
dan berpikir kreatif (Pusbang Tendik, 2011:5). Berpikir kritis adalah suatu
kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan
masalah, manarik keputusan, memberi keyakinan, menganalisis asumsi, dan
pencarian ilmiah. Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk
meningkatkan kemurnian (originality),
ketajaman pemahaman (insight) dalam
mengembangkan sesuatu (generating).
Kemampuan memecahkan masalah merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Dalam
pembelajaran pemecahan masalah, peserta didik secara individual atau kelompok
diberi tugas untuk memecahkan suatu masalah. Jika memungkinkan, masalah
diidentifikasi dan dipilih oleh peserta didik sendiri. Masalah yang
diidentifikasi hendaknya yang penting dan mendesak untuk diselesaikan serta
sering dilihat atau diamati oleh peserta didik sendiri, sesuai dengan KD pada
tiap-tiap mata pelajaran.
1. Berpusat pada peserta didik agar mencapai kompetensi yang diharapkan. Peserta didik menjadi subjek
pembelajaran sehingga keterlibatan aktivitasnya dalam pembelajaran tinggi.
Tugas guru adalah mendesain kegiatan pembelajaran agar tersedia ruang dan waktu
bagi peserta didik belajar secara aktif dalam mencapai kompetensinya.
2. Integral agar kompetensi yang dirumuskan dalam KD dan SK tercapai secara utuh.
Aspek kompetensi yang terdiri atas sikap, pengetahuan, dan keterampilan
terintegrasi menjadi satu kesatuan.
3. Pembelajaran dilakukan dengan sudut
pandang adanya keunikan individual
setiap peserta didik. Peserta didik memiliki karakteristik, potensi, dan
kecepatan belajar yang beragam. Oleh karena itu, dalam kelas dengan jumlah
tertentu, guru perlu memberikan layanan individual agar dapat mengenal dan
mengembangkan peserta didiknya.
4. Pembelajaran dilakukan secara bertahap
dan terus-menerus menerapkan prinsip pembelajaran tuntas (mastery learning) sehingga mencapai
ketuntasan yang ditetapkan. Peserta didik yang belum tuntas diberi layanan
remedial, sedangkan yang sudah tuntas diberi layanan pengayaan atau melanjutkan
pada kompetensi berikutnya.
5. Pembelajaran dihadapkan pada situasi
pemecahan masalah sehingga peserta didik menjadi pembelajar yang kritis,
kreatif, dan mampu memecahkan masalah yang dihadapi. Oleh karena itu, guru
perlu mendesain pembelajaran yang berkaitan dengan permasalahan kehidupan atau
konteks kehidupan peserta didik dan lingkungan.
6. Pembelajaran dilakukan dengan multistrategi
dan multimedia sehingga memberikan pengalaman belajar yang beragam bagi
peserta didik.
Selanjutnya dikatakan bahwa PAIKEM memiliki 4 ciri:
mengalami, komunikasi, interaksi, dan refleksi. Keempat ciri tersebut dapat
dirinci sebagai berikut.
1. Mengalami (pengalaman belajar): melakukan pengamatan, melakukan percobaan,
malakukan penyelidikan, melakukan wawancara, peserta didik belajar banyak
melalui berbuat, pengalaman langsung yang mengaktifkan banyak indera.
2. Komunikasi: mengemukakan pendapat, presentasi laporan, memajangkan hasil
karya, mengungkap gagasan.
3. Interaksi: diskusi, tanya jawab, lempar lagi pertanyaan, kesalahan makna
berpeluang terkoreksi, makna yang terbangun semakin mantap, kualitas hasil
belajar meningkat.
4. Kegiatan refleksi, yaitu memikirkan kembali apa yang diperbuat: “Mengapa
demikian?”, “Apakah hal itu berlaku untuk ...?”, untuk perbaikan gagasan/makna,
untuk tidak mengulangi kesalahan, peluang lahirkan gagasan baru.
Dari
karakteristik PAIKEM, maka guru perlu memberikan dorongan kepada peserta didik
untuk menggunakan otoritas atau haknya dalam membangun gagasan. Tanggung jawab
belajar memang berada pada diri peserta didik, tetapi guru bertanggung jawab
dalam memberikan situasi yang mendorong prakarsa, motivasi, perhatian, persepsi,
retensi, dan transfer dalam belajar, sebagai bentuk tanggung jawab peserta
didik untuk belajar sepanjang hayat.
C. Implementasi PAIKEM pada
Pembelajaran Bahasa Indonesia
Sebelum dikemukakan implementasi PAIKEM pada pembelajaran
bahasa Indonesia, perlu dikemukakan secara umum implementasi PAIKEM di sekolah.
Implementasi PAIKEM di sekolah adalah merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran sesuai dengan amanat yang terdapat dalam PP nomor 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan dan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007
tentang Standar Proses. Pada pasal 19 ayat 3 PP 19 Tahun 2005 dinyatakan bahwa
setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan
proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses
pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Dengan demikian, sebelum melakukan pelaksanaan pembelajaran terlebih dahulu
dilakukan perencanaan pembelajaran.
Pada Standar Proses dinyatakan bahwa pelaksanaan
pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi
kegiatan pendahuluan, inti, penutup. Dalam kegiatan pendahuluan guru melakukan
kegiatan:
1. Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran;
2. Mengajukan pertanyaa-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya
dengan materi yang akan dipelajari;
3. Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai;
4. Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai dengan
silabus.
Adapun kegiatan inti dilaksanakan dengan menggunakan
metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran,
yang meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Maksud dari ketiga
kegiatan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
a. melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;
b. menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain;
c. memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
d. melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
e. memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
2. Elaborasi
Dalarn kegiatan elaborasi, guru:
a. membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna;
b. memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru
baik secara lisan maupun tertulis;
c. memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
d. memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;
e. memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar
f. rnenfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan balk lisan maupun tertulis, secara individual
maupun kelompok;
g. memfasilitasi peserta didik untuk presentasi; kerja individual maupun kelompok;
h. memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival produk yang dihasilkan
i. memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
3. Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
a. memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah
terhadap keberhasilan peserta didik,
b. memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber,
c. memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi
untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan,
d. memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:
1) berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator
dalam menjawab pertanyaan peserta didik
yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan
bahasa yang baku dan benar;
2) membantu menyelesaikan masalah;
3) memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan
hasil eksplorasi;
4) memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;
5) memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.
Dalam kegiatan penutup, guru:
1. bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/ simpulan pelajaran;
2. melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan
terprogram;
3. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
4. merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil
belajar peserta didik;
5. menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
Implementasi PAIKEM pada pembelajaran
bahasa Indonesia adalah merancang dan melaksanakan pembelajaran dengan
mendasarkan pada prinsip pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Contoh skenario pembelajaran bernuansa PAIKEM untuk pembelajaran bahasa
Indonesia SMA kelas XII pada KD 4.1 Menulis
surat lamaran pekerjaan berdasarkan unsur-unsur dan struktur adalah sebagai
berikut.
1.
Kegiatan pendahuluan
a.
Guru memimpin doa, mengecek kehadiran peserta didik, dan
menanyakan kabar peserta didik,
b.
Guru memberikan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan
pada peserta didik tentang pengalaman peserta didik menulis surat, manfaat
surat, dan sebagainya.
c.
Guru menyampaikan KD dan tujuan pembelajaran dan KKM KD.
d.
Guru menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian
kegiatan yang akan dilakukan.
2.
Kegiatan Inti
a.
Guru membagi peserta didik dalam beberapa kelompok, tiap
kelompok terdiri atas 4 atau 5 orang.
b.
Guru memotivasi peserta didik untuk bekerja dan
berdiskusi dengan baik dan akan menilai proses diskusi serta memilih kelompok
terbaik.
c.
Guru membagikan beberapa contoh surat lamaran kepada tiap
kelompok.
d.
Peserta didik mencermati surat dan berdiskusi untuk menentukan
unsur-unsur surat lamaran pekerjaan.
e.
Peserta didik menjawab pertanyaan guru tentang hasil
pekerjaannya menentukan unsur-unsur surat lamaran.
f.
Guru melakukan konfirmasi terhadap jawaban peserta didik.
g.
Guru membagikan LKS yang berisi iklan lowongan pekerjaan dan
langkah-langkah kerja, kertas lebar, spidol dan selotip pada tiap kelompok.
h.
Tiap kelompok menulis surat lamaran pekerjaan pada kertas
lebar dengan menggunakan spidol.
i.
Tiap kelompok menempel hasil pekerjaan pada dinding kelas.
j.
Guru memberi tugas pada tiap kelompok untuk mengoreksi
dan memberikan nilai pada pekerjaan kelompok lain berdasarkan kelengkapan
unsur, sistematika, dan penggunaan bahasa.
k.
Guru memberikan konfirmasi pada hasil pekerjaan tiap
kelompok, memberi pujian, saran, dan koreksi.
l.
Guru menetapkan kelompok paling berprestasi dan
memberikan hadiah.
3.
Kegiatan penutup
a.
Guru bersama peserta didik menyimpulkan materi surat
lamaran pekerjaan.
b.
Guru mengajak peserta didik melakukan refleksi dengan
menanyakan kesan dan manfaat yang diperoleh peserta didik setelah belajar
menulis surat lamaran.
c.
Guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk menulis
surat lamaran pekerjaan berdasarkan iklan dari surat kabar pada kertas folio
sebagaimana surat lamaran sesungguhnya.
d.
Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan
berikutnya.
Pada rancangan pembelajaran di atas, guru sudah
menggunakan beberapa metode dan media. Guru melibatkan peserta didik secara
aktif dalam proses pembelajaran. Guru juga telah memfasilitasi terjadinya
interaksi antarpeserta didik, peserta didik dengan guru, dan sumber belajar.
Guru juga telah memfasilitasi peserta didik untuk berkompetisi secara sehat,
melaporkan hasil eksplorasi, dan memamerkan produk belajarnya. Jelasnya, PAIKEM
sudah tampak pada skenario pembelajaran tersebut.
Setelah
mempelajari konsep, prinsip, karekteristik, dan implementasi PAIKEM, ada sebuah
pernyataan yang ditemukan sebagai hasil perenungan, yakni “MEMANG MENJADI GURU
HARUSLAH KREATIF”. Ada beberapa saran berdasarkan kajian teori pembelajaran
atau hasil pengalaman pembelajaran yang perlu disampaikan sebagai bahan
renungan:
1. Sebelum membantu peserta didik untuk menjadi
pribadi yang kreatif, jadilah guru yang kreatif terlebih dahulu. Mengapa guru
harus kreatif? Hernowo (2007:7) menulis:
Apabila seorang guru tidak kreatif, kehidupan itu
akan ”mati” - tidak ada lagi yang baru. Bayangkan jika kehidupan yang mati itu
menular ke kehidupan yang lain yang mengglobal? Guru harus kreatif karena guru
yang kreatif akan menjadikan kehidupan itu sangat kaya dan bervariasi. Guru
yang tidak kreatif akan menjadikan kehidupan ini membosankan, monoton, dan
tidak bermakna.
Dalam ungkapan Hernowo tersirat
makna bahwa guru yang kreatif akan membangkitkan kehidupan atau secara lebih
khusus iklim pembelajaran di kelas yang kondusif. Sebaliknya, jika kelas
menjadi mati, peserta didik menjadi bosan, itu adalah karena gurunya kurang
kreatif. Guru kreatif akan selalu mengubah-ubah ”penampilannya” di kelas. Jika
hari ini, jam ini, materi ini, dia menggunakan teknik cooperative learning misalnya, dia akan menggunakan teknik lain
pada hari lain dengan materi lain. Guru kreatif bukan guru biasa yang tiap
masuk kelas hanya membawa buku pelajaran, buku kerja guru, dan seperangkat alat
tulis. Dia akan memanfaatkan berbagai media, bahkan barang-barang bekas,
seperti tali rafia, kardus, atau lainnya, apa pun pelajarannya. Lihatlah
ekspresi peserta didik ketika guru masuk kelas dengan ”tampilan dan benda” yang
berbeda dengan biasanya. Pasti semua mata akan tertuju kepada sang guru
layaknya artis panggung yang menjadi idola.
2. Guru adalah kreator proses pembelajaran (Zamroni, 2003: 74). Artinya, akan
menjadi pertunjukan apa pun sebuah proses pembelajaran di kelas, tergantung
pada guru. Guru kreatif akan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Bobbi DePorter dan Mike Hernacki (1999:24) mengemukakan teori Quantum
Learning. Mulanya, quantum learning berakar dari upaya Georgi
Lozanov yang bereksperimen tentang ”suggestology”. Prinsipnya, sugesti
dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar. Berbagai teknik dapat
digunakan untuk memberikan sugesti positif seperti mendudukkan peserta didik
secara nyaman, pemberian penghargaan, atau pemunculan suasana kegembiraan.
3. Dalam menciptakan pembelajaran yang menyenangkan,
guru juga dapat memanfaatkan berbagai potensi yang dimilikinya dan dimiliki
sekolah. Guru yang memiliki kelebihan dalam bercerita secara menarik misalnya,
dapat menggunakannya untuk mendorong motivasi peserta didik atau membantu
pencapaian kompetensi, dengan cerita-cerita yang relevan tentunya. Manfaatkan
juga fasilitas yang dimiliki sekolah, seperti fasilitas TIK, laboratorium, alat
peraga, dan sebagainya. Banyak sekolah yang kini dilengkapi dengan fasilitas
TIK, IPTEK baik yang berasal dari dana block
grant maupun dari dana yang dihimpun sekolah itu sendiri. Namun, belum
banyak guru yang mau dan mampu memanfaatkannya untuk pembelajaran.
4. Guru kreatif juga peduli dengan hal-hal yang
disukai peserta didik. Dia peka terhadap perubahan yang dialami peserta didik,
juga mengetahui hal-hal yang sedang menjadi ”tren” bagi peserta didik. Jika ingin
menjadi guru yang disukai peserta didik, jangan paksakan peserta didik untuk
memasuki dunia guru, tetapi masuklah kita ke dunia mereka. Pada era global
seperti sekarang, peserta didik sangat akrab dengan berbagai fasilitas
teknologi informasi dan komunikasi yang canggih. Para peserta didik di sekolah
pedesaan pun kini memiliki alat komunikasi hand phone. Bagaimanakah sikap guru sebaiknya? Guru tidak perlu
ketakutan dengan kekhawatiran-kekhawatiran yang belum tentu terjadi. Memang,
fasilitas tersebut dapat saja menimbulkan dampak negatif. Namun, jika guru
mampu mengarahkan, mengelola, atau memanfaatkannya dengan baik, jadilah
fasilitas tersebut sebagai media belajar yang menyenangkan. Penulis pernah
mencoba memanfaatkan HP yang dimiliki peserta didik untuk menulis dan
mengirimkan tugas menulis pantun lebaran melalui SMS pada liburan Idul Fitri.
Hasilnya sungguh menggembirakan. Peserta didik tidak hanya memenuhi tugas dan
perintah guru demi nilai, tetapi mereka menikmati tugas itu sebagai alat
bersilaturahmi, bercanda, sekaligus berkreasi. Berikut ini salah
satu pantun yang dikirim melalui SMS.
Ekananda Asmara, XII IPA (HP
085238871444):
Ke Lamongan bareng Nanda
Naik mobil berbahan bakar bensin
Ini pantun lebaran, Bunda...
Mohon maaf lahir dan batin
Balasan dari guru:
Dari Lamongan naik kuda
Bertopi biru berkalung sorban
Terima kasih Ekananda
Pantun kamu sungguh menawan
Tugas menulis pantun yang
sebenarnya ditargetkan hanya satu bait, ternyata dibalas lagi oleh peserta
didik setelah menerima balasan SMS dari guru.
Naik pesawat melewati awan
Dari kaca terlihat hamparan
Tidaklah terlalu menawan
Serangkaian kata keluar dari pikiran
Hasil karya peserta didik di atas adalah contoh
kecil yang tidak boleh “dikecilkan”. Dengan apresiasi dari guru, bisa jadi
karya kecil tersebut beberapa tahun kemudian akan menjadi karya besar.
D. Menggunakan PAIKEM untuk Merancang
PTK
Setelah
memahami prinsip pembelajaran PAIKEM dan mencermati contoh implementasi PAIKEM,
guru dapat menggunakannya untuk memperbaiki pembelajaran atau untuk
melaksanakan PTK. PTK merupakan bentuk penelitian yang
paling sesuai untuk mengatasi berbagai permasalahan pembelajaran yang dihadapi guru. Seorang guru yang melaksanakan PTK
akan memperoleh manfaat ganda, baik bagi dirinya, para peserta didiknya, maupun
bagi institusi pendidikan. Bagi guru, PTK akan meningkatkan kualitas
kinerjanya, meningkatkan kemampuan dalam menyelesaikan masalah pembelajaran,
sekaligus meningkatkan kemampuan dalam kegiatan pengembangan profesi, khususnya
dalam kegiatan penelitian pendidikan. Bagi peserta didik, dengan PTK, kualitas
proses dan hasil belajarnya akan meningkat. Jika kemampuan guru dan peserta
didik meningkat, sekolah juga akan memperoleh keuntungan karena memiliki guru
yang profesional dan menghasilkan lulusan yang lebih berkualitas.
PAIKEM sebagai pendekatan
pembelajaran dapat digunakan untuk memperbaiki pembelajaran atau untuk
merancang sebuah penelitian tindakan kelas. PAIKEM dapat diwujudkan dalam
metode, teknik tertentu yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan peserta
didik.
Ada lima langkah yang harus dilakukan dalam merancang PTK.
1. Merasakan Adanya Masalah
2. Identifikasi dan Analisis Masalah
3. Menentukan judul PTK
Judul PTK biasanya mencerminkan adanya permasalahan,
tujuan, solusi yang digunakan untuk memecahkan permasalahan, dan setting. Membuat judul PTK untuk dilaporkan pada lembaga dan untuk dijadikan
naskah lomba memiliki perbedaan. Sebagai laporan pada lembaga cukup dibuat
dengan bahasa yang lugu, tetapi sebagai naskah lomba, judul PTK haruslah
menarik, inovatif, dan provokatif. Contoh judul PTK
adalah:
Peningkatan Kemampuan Apresiasi Puisi melalui Strategi Cooperative
Learning Siswa Kelas XI Bahasa MAN Yogyakarta II (Sebuah Penelitian
Tindakan Kelas)- Sofia
Yuliani.
Contoh judul lain dari PTK yang
masuk final dalam Lomba
Kreativitas Ilmiah Guru (LKIG) LIPI adalah:
·
“Dari ‘Samdesing’
hingga Tepuk Tangan” Upaya Meningkatkan Kompetensi Mendongeng melalui Penerapan
Strategi “BABAK” – Sutrisno, SMP 1 Tepus, GK
·
Mengantarkan Peserta
didik Menggapai Bintang Panggung Sastra dengan Menerapkan Teknik Kolase – Basuki, SMP 21 Malang
·
Penerapan Metode
“DIKSI”, Sebuah Upaya Meningkatkan Kulitas Pembelajaran Membacakan Puisi – Murwati Widiani, SMA Muh. Pakem
4. Merumuskan Masalah
Selanjutnya, masalah-masalah yang telah diidentifikasi dirumuskan secara jelas, spesifik, dan
operasional. Perumusan masalah yang jelas akan memungkinkan peluang untuk
pemilihan tindakan yang tepat. Rumusan masalah biasanya berbentuk
kalimat pertanyaan, walaupun boleh juga berupa pernyataan. Contoh perumusan masalah:
·
Bagaimanakah penerapan
metode ”DIKSI” dalam pembelajaran membacakan puisi?
·
Bagaimanakah kualitas
proses pembelajaran setelah diterapkan metode ”DIKSI”?
·
Bagaimanakah
peningkatan kompetensi siswa dalam keterampilan baca puisi setelah diterapkan
metode ”DIKSI”?
5. Merencanakan Tindakan
Kegiatan ini meliputi dua hal, yakni formulasi hipotesis tindakan dan
persiapan tindakan.
a. Formulasi Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan adalah dugaan terhadap perubahan yang
akan terjadi setelah suatu tindakan dilakukan. Hipotesis tindakan umumnya
dirumuskan dalam bentuk keyakinan tindakan yang akan diambil akan dapat
memperbaiki sistem, proses, atau hasil. Contoh hipotesis tindakan:
·
Dengan menerapkan
metode ”DIKSI” pada pembelajaran membacakan puisi, kualitas proses pembelajaran akan meningkat.
·
Dengan menerapkan
metode ”DIKSI” pada pembelajaran membacakan puisi, kompetensi siswa dalam keterampilan baca
puisi akan meningkat.
b. Persiapan Tindakan
Hal-hal yang harus dilakukan dalam persiapan tindakan
adalah:
- Membuat skenario pembelajaran yang berisikan langkah-langkah kegiatan dalam pembelajaran (sama dengan langkah-langkah pembelajaran dalam RPP).
- Mempersiapkan sarana pembelajaran yang mendukung terlaksananya tindakan.
- Mempersiapkan instrumen penelitian, seperti lembar observasi, kuisioner, angket, pertanyaan wawancara, soal tes, dsb.
- Melakukan simulasi pelaksanaan tindakan
E.
PENUTUP
PAIKEM merupakan alternatif pembelajaran
yang sesuai dengan tuntutan Standar Proses. PAIKEM dapat diwujudkan dalam
berbagai metode, teknik, dan model pembelajaran sesuai dengan karakteristik
mata pelajaran, KD, dan peserta didik.
Kunci keberhasilan sebuah pembelajaran ada pada
guru. Sebelum menjadikan peserta didik menjadi kreatif, guru
harus kreatif terlebih dahulu. Sebaik-baiknya kurikulum yang dipegang oleh guru
yang kurang baik, tidak lebih baik daripada kurikulum yang jelek di tangan guru
yang baik. Guru yang baik
adalah guru yang selalu ingin tahu, mau tahu terhadap segala sesuatu yang baru,
dan mau melaksanakan apa yang telah diketahuinya secara kreatif dan inovatif. Selamat berinovasi!
Bahan Bacaan :
DePorter, Bobbi &
Hernacki, Mike. (1999). Quantum Learning. Diterjemahkan oleh Alwiyah
Abdurrahman, Bandung: Kaifa.
Hernowo. 2007. Menjadi
Guru yang Mau dan Mampu Mengajar secara Kreatif. Bandung: LMC
Kemendiknas, Pusbang Tendik. 2011.
PAIKEM – Suplemen
Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan Pengawas Sekolah. Jakarta
Zamroni. 2003. Paradigma
Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta: BIGRAF Publishing.
_____Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses
_____PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
Informasi yang sangat berguna bagi pembaca. guru kreatif, belajar efektiif
BalasHapusthanks goog
BalasHapus