Senin, 08 April 2013

MERANCANG PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)



A.  Pendahuluan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan bentuk penelitian yang paling sesuai untuk mengatasi berbagai permasalahan pembelajaran yang dihadapi guru. Seorang guru yang melaksanakan PTK akan memperoleh manfaat ganda, baik bagi dirinya, para siswanya, maupun bagi institusi pendidikan. Bagi guru, PTK akan meningkatkan kualitas kinerjanya, meningkatkan kemampuan dalam menyelesaikan masalah pembelajaran, sekaligus meningkatkan kemampuan dalam kegiatan pengembangan profesi, khususnya dalam kegiatan penelitian pendidikan. Bagi siswa, dengan PTK, kualitas proses dan hasil belajarnya akan meningkat. Jika kemampuan guru dan siswa meningkat, sekolah juga akan memperoleh keuntungan karena memiliki guru yang profesional dan menghasilkan lulusan yang lebih berkualitas.
Di samping itu, karya tulis hasil penelitian tindakan kelas akan bermanfaat bagi peningkatan karier dan jabatan yang berimbas pada peningkatan kesejahteraan guru. Misalnya, untuk mengajukan usul kenaikan pangkat ke IV/b dan seterusnya, sebuah laporan PTK yang ditulis dalam bentuk makalah dan cukup didokumentasikan di perpustakaan sekolah mendapatkan poin 4. Jika dalam satu tahun guru melaksanakan PTK satu kali, dalam tiga tahun guru tersebut sudah dapat naik ke IV/b. Dalam aturan yang baru, kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan, termasuk di dalamnya menulis laporan hasil penelitian, sudah diperhitungkan sejak golongan III/b. Dalam Permenpan & RB Nomor 16 Tahun 2009 yang akan diberlakukan tahun 2013 dijelaskan bahwa membuat karya tulis berupa laporan hasil penelitian pada bidang pendidikan di sekolahnya, diseminarkan di sekolahnya, dan disimpan di perpustakaan, dihargai dengan angka kredit 4. Dalam usul sertifikasi guru, PTK dihargai dengan nilai 10. Karya tulis hasil PTK juga dapat dimanfaatkan sebagai naskah lomba karya tulis di berbagai kompetisi guru tingkat daerah maupun nasional.    
          Sayangnya, tidak semua guru mau dan mampu mempraktikkan PTK. Zubaidi, 2000 (dalam Sukidin, 2008) mengemukakan lima kendala yang dihadapi guru dalam melaksanakan PTK: (1) lemahnya pemahaman konsep dan prinsip-prinsip PTK, (2) kurang adanya program dan anggaran dari pihak-pihak yang terkait untuk melaksanakan PTK bagi para guru, (3) belum membudayanya reflecting thinking melalui portfolio (catatan seseorang tentang kinerjanya dari waktu ke waktu yang dibuatnya sendiri dengan sejujur-jujurnya), (4) tidak adanya pembimbing penelitian di sekolah, dan (5) mentalitas suka pada kemapanan daripada mengikuti perkembangan (keluhan tidak memiliki waktu, menambah beban, lingkungan tidak mendukung, tidak ada dana, dsb.)
          Sebelum melaksanakan PTK, terlebih dahulu guru harus memahami konsep PTK, kemudian merancang PTK dan menyusun proposal PTK. Untuk itu, dalam tulisan ini akan dibahas: (1) Apakah Penelitian Tindakan Kelas itu?; (2) Bagaimanakah merancang PTK?; dan (3) Bagaimanakah menyusun Proposal PTK?

B.   Apakah Penelitian Tindakan Kelas itu?
1.   Konsep dan Tujuan PTK
Suharsimi Arikunto (2007) mengungkapkan pengalamannya ketika menilai KTI yang dibuat guru banyak ditemukan kekeliruan dalam menafsirkan PTK. Di sampul depan ditulis PTK, tetapi di bagian dalam ternyata hanya menggambarkan proses pembelajaran biasa. Dalam penjelasannya mamang guru sudah melakukan sesuatu, tetapi kenyataan yang ada, guru hanya melakukan pembelajaran seperti biasa saja, misalnya guru memberikan lembar kerja kepada siswa, atau guru memberikan tugas untuk dilakukan di luar kelas, atau guru menyuruh siswa menghafalkan rumus untuk digunakan di kelas. Yang benar, dalam PTK ada tindakan yang diberikan oleh guru kepada siswa dengan maksud meningkatkan prestasi belajar siswa melalui peningkatan kegiatan siswa.
Ada beberapa pengertian tentang PTK yang dikemukakan para ahli. Menurut Kemmis (via Sukamto, 2000:6) penelitian tindakan merupakan sebuah inkuiri yang bersifat reflektif mandiri yang dilakukan oleh partisipan dalam situasi sosial termasuk kependidikan dengan maksud untuk meningkatkan kemantapan rasionalitas dari (a) praktik-praktik sosial maupun kependidikan, (b) pemahaman terhadap praktik-praktik tersebut, (c) situasi pelaksanaan praktik-praktik pembelajaran.
Suharjono (2008) mengemukakan bahwa PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. PTK berfokus pada kelas atau pada proses belajar-mengajar yang terjadi di kelas. PTK harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas. Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas. Kegiatan penelitian ini tidak saja bertujuan untuk memecahkan masalah, tetapi sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan dengan tindakan yang dilakukan.
     The method of action research involves a self-reflective spiral of planning, acting, observing, reflecting, and re-planning.” (McNiff, 1988:7). Pada pelaksanaan PTK, guru terus-menerus mengadakan refleksi, merencanakan tindakan, dan melaksanakan tindakan pada tahap berikutnya. Oleh sebab itu, PTK merupakan proses bersiklus, setiap siklusnya terdiri atas empat tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
          Dari konsep di atas dapat dikatakan bahwa PTK berawal dari kesadaran guru akan adanya permasalahan di kelas, kemudian guru berusaha mencari solusi, merancang dan menerapkan solusi, mengamati hasil penerapan solusi, menemukan kekurangan, kembali menyusun rancangan tindakan yang diperbaiki, dan seterusnya. Itulah sebabnya dalam PTK harus ada siklus. Banyaknya siklus tergantung pada ketercapaian keberhasilan tindakan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Ada pendapat yang menyatakan dapat saja PTK hanya berlangsung dalam satu siklus jika memang tujuan dan target sudah tercapai. Namun, secara logis, setiap tindakan yang dilakukan tentu ada kekurangannya. Oleh karena itu, sebagian besar pakar berpendapat bahwa PTK minimal terdiri atas dua siklus.
          Dengan mencermati konsep PTK, dapat disimpulkan bahwa PTK bertujuan untuk memperbaiki praksis pembelajaran. Dengan PTK diharapkan kualitas proses pembelajaran menjadi lebih baik. Guru dapat lebih meningkatkan kualitas pelayanannya dalam mengajar dan pada gilirannya prestasi atau kinerja siswa akan meningkat.

2.   Karakteristik PTK
Tidak semua kegiatan atau upaya pembelajaran yang dilakukan guru di kelas dapat dikategorikan sebagai penelitian tindakan kelas. Menurut Suharsimi Arikunto (2010:5) ada persyaratan kegiatan guru supaya dapat dikategorikan sebagai penelitian tindakan kelas, yaitu:
a.    Harus terlihat adanya upaya untuk meningkatkan mutu profesional guru, bukan hanya sebagai pekerjaan sehari-hari. Kegiatan yang dilakukan melalui PTK harus tertuju pada peningkatan mutu siswa.
b.    Tindakan itu harus dapat dilihat dalam unjuk kerja siswa secara konkret yang dapat diamati oleh peneliti.
c.    Jika yang dipandang sebagai kelas adalah seluruh siswa di kelas, subjek pelaku bukan perseorangan tetapi klasikal, siswa seluruh kelas sehingga tidak ada siswa yang bebas dari tindakan.
d.    Pemberian tindakan harus dilakukan sendiri oleh guru yang bersangkutan, tidak boleh meminta bantuan orang lain.
e.    Penelitian tindakan berlangsung dalam siklus (berulang-ulang).
f.     Penelitian tindakan bukan berbicara tentang materi, tetapi tentang cara, prosedur, atau metode.
g.    Tindakan yang diberikan guru harus baru, berbeda dari biasanya.
h.    Tindakan yang diberikan guru bukan bersifat teoretik, tetapi berpijak dari kondisi yang ada.
i.      Tindakan yang diberikan guru kepada siswa tidak boleh diterima sebagai paksaan, tetapi merupakan kesepakatan bersama.
j.     Ketika tindakan berlangsung, ada pengamatan secara sistematis yang dilakukan oleh guru peneliti maupun kolaborator.
k.    Jika peneliti menginginkan peningkatan hasil dari adanya tindakan, perlu ada evaluasi terhadap hasil sebagai konsekuensi dari proses yang dicobakan, dengan menggunakan instrumen yang relevan.
l.      Keberhasilan tindakan dibahas dalam kegiatan refleksi.

C.   Bagaimanakah merancang PTK?
Hal pertama yang harus dilakukan dalam merancang PTK adalah menetapkan fokus masalah penelitian. Ada empat langkah yang harus dilakukan dalam tahap ini.

1.   Merasakan Adanya Masalah
Banyak guru yang mungkin bertanya bagaimanakah memulai penelitian tindakan kelas. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, guru harus memiliki perasaan tidak puas terhadap praktik pembelajaran yang dilakukannya. Jika guru merasa selalu puas terhadap apa yang dilakukannya, meskipun sebenarnya masih sangat benyak kekurangan dan hambatan dalam proses pengelolaan, sulit kiranya bagi guru untuk memiliki inisiatif memulai PTK.
Oleh karena itu, agar guru dapat mempraktikkan PTK, ia dituntut untuk berkata jujur terutama pada dirinya sendiri untuk mengakui bahwa masih ada kekurangan dalam proses pembelajran yang dikelolanya. Dengan kata lain, guru harus merefleksi, merenung, serta berpikir balik mengenai apa saja yang telah dilakukannya dalam proses pembelajaran dalam rangka mengidentifikasi sisi-sisi lemah yang mungkin ada.
Untuk membantu merasakan adanya masalah, guru dapat mengajukan pertanyaan: Apakah kompetensi awal siswa yang mengikuti pembelajaran cukup memadai? Apakah proses pembelajaran yang dilakukan sudah cukup efektif? Apakah hasil pembelajaran cukup berkualitas? Jika pertanyaan-pertanyaan tersebut dijawab dengan jujur, akan muncul masalah yang dapat dijadikan pijakan awal untuk melakukan PTK karena pada dasarnya tidak ada satu pun keadaan guru, siswa, atau kelas yang sempurna.

2.   Identifikasi Masalah
Pada tahap ini, guru berusaha menghasilkan gagasan-gagasan awal mengenai permasalahan awal yang dalam pembelajaran. Masalah tersebut dapat berkaitan dengan manajemen kelas dan iklim belajar, proses pembelajaran, dan perkembangan personal. Tiap-tiap kelompok tersebut dapat dijabarkan ke dalam tema-tema yang lebih operasional.
          Cara melakukan identifikasi masalah dapat menggunakan langkah berikut:
·         Menuliskan semua hal yang dirasakan memerlukan perhatian dan kepedulian karena akan berdampak kurang baik, terutama yang terkait dengan pembelajaran.
·         Pilahkan dan klasifikasikan masalah menurut jenis/bidang permasalahnnya, jumlah siswa yang mengalami, dan tingkat frekuensi timbulnya masalah
·         Urutkan dari yang ringan, jarang terjadi, dan banyaknya siswa yang mengalami permasalahan yang teridentifikasi
·         Ambil 3-5 masalah dan konfirmasikan dengan guru mata pelajaran yang sama atau serumpun.
·         Jika yang dirumuskan ternyata mendapat konfirmasi (diakui sebagai masalah yang urgen untuk dipecahkan), masalah tersebut patut diangkat sebagai calon masalah PTK.

3.   Analisis Masalah
Analisis masalah dilakukan untuk mengetahui proses tindak lanjut perbaikan atau solusi yang akan diambil. Analisis masalah adalah kajian terhadap permasalahan dilihat dari segi kelayakannya. Sebagai acuan, dapat diajukan pertanyaan sebagai berikut.
·         di mana konteks, situasi atau iklim masalah terjadi
·         kondisi prasarat apakah yang menimbulkan terjadinya masalah
·         bagaimanakah keterlibatan komponen, aktor dalam terjadinya masalah
·         adakah alternatif solusi yang dapat diajukan
·         apakah pemecahan masalah yang akan diambil memerlukan durasi waktu yang tidak terlalu lama
Analisis masalah digunakan untuk merancang rencana tindakan, baik dalam bentuk spesifikasi tindakan, keterlibatan aktor yang berkolaborasi, waktu dalam satu siklus, identifikasi indikator keberhasilan tindakan, dan hal-hal yang terkait dengan solusi yang diajukan.
Setelah masalah dianalisis, peneliti dapat menentukan judul PTK. Judul PTK biasanya mencerminkan adanya permasalahan, tujuan, solusi yang digunakan untuk memecahkan permasalahan, dan setting. Membuat judul PTK untuk dilaporkan pada lembaga dan untuk dijadikan naskah lomba memiliki perbedaan. Sebagai laporan pada lembaga cukup dibuat dengan bahasa yang lugu, tetapi sebagai naskah lomba, judul PTK haruslah menarik, inovatif, dan provokatif.
Contoh judul PTK untuk mata pelajaran Pendidikan Jasmani adalah:
Upaya Peningkatan Pembelajaran Lempar Lembing dengan Pemberian Model Bermain Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Tempel (Skripsi - Danang Pujo Broto)
Dari judul di atas dapat dianalisis bahwa permasalahan yang ada adalah pembelajaran lempar lembing yang belum maksimal. Solusi yang diambil peneliti adalah dengan pemberian model bermain. Tujuan yang hendak dicapai adalah untuk meningkatkan (kualitas) pembelajaran, baik dari komponen proses maupun hasil. Adapun setting yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Tempel.
Untuk memperoleh gambaran berbagai judul PTK, berikut ini dikemukakan contoh-contoh judul PTK yang berhasil masuk final di Lomba Kreativitas Ilmiah Guru (LKIG) LIPI:
·           Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika dengan Permainan Sulap Matematika – Soleh Mawardi, SMP 1 Ngajum, Malang
·           Peningkatan Pemahaman Konsep Listrik Statis melalui Miako – Gufron, SMPN 2 Tanggul, Jember
·           “Dari ‘Samdesing’ hingga Tepuk Tangan” Upaya Meningkatkan Kompetensi Mendongeng melalui Penerapan Strategi “BABAK” – Sutrisno, SMP 1 Tepus, GK
·           Mengantarkan Siswa Menggapai Bintang Panggung Sastra dengan Menerapkan Teknik Kolase Basuki, SMP 21 Malang
·           Penerapan Metode “DIKSI”, Sebuah Upaya Meningkatkan Kulitas Pembelajaran Membacakan Puisi – Murwati Widiani, SMA Muh. Pakem
·           Penerapan Model  Pembelajaran TANDUR untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Ekonomi  Siswa Kelas XA di SMA Negeri 1 Godean – Tri Ismiyati, M.Pd., SMA Negeri 1 Godean.

4.   Merumuskan Masalah
Selanjutnya, masalah-masalah yang telah diidentifikasi dirumuskan secara jelas, spesifik, dan operasional. Perumusan masalah yang jelas akan memungkinkan peluang untuk pemilihan tindakan yang tepat. Rumusan masalah biasanya berbentuk kalimat pertanyaan, walaupun boleh juga berupa pernyataan.

Contoh perumusan masalah:
·         Bagaimanakah pelaksanaan model bermain pada pembelajaran lempar lembing?
·         Bagaimanakah peningkatan kualitas proses belajar siswa dalam pembelajaran lempar lembing setelah diberikan model bermain?
·         Bagaimanakah peningkatan kompetensi lempar lembing siswa setelah diberikan model bermain?

5.   Mengkaji Teori
Kegiatan mengkaji teori sebenarnya sudah dilakukan sebelum peneliti menentukan judul atau menemukan solusi atas permasalahan yang ditentukan. Tanpa teori, sebuah permasalahan tidak akan dapat diselesaikan. Seorang guru dapat menciptakan metode, teknik, dan model pembelajaran kreatif dan inovatif. Namun, hasil ciptaannya itu haruslah berpijak pada satu teori yang sudah ada atau menggabungkan berbagai teori menjadi satu.
          Setelah peneliti membuat judul PTK, perlu dikaji berbagai teori yang berkaitan dengan judul. Untuk judul PTK Penerapan Metode “DIKSI”, Sebuah Upaya Meningkatkan Kulitas Pembelajaran Membacakan Puisi, teori yang dikaji misalnya:
a.    Manfaat Pembelajaran Sastra / Puisi
b.    Baca Puisi sebagai Bagian dari Kegiatan Apresiasi Puisi
c.    Dasar Teori Metode ”DIKSI” (Diskusi, Aksi, dan Refleksi) yang meliputi:
1)    pembelajaran berbasis kontekstual  (contextual teaching and learning/CTL).
2)    cooperative learning
3)    teori humanistik
4)    quantum learning dan teori suggestology

Hasil mengkaji teori dituangkan pada bab Landasan Penelitian, subbab Kajian Teori. Setelah kajian teori, dikemukakan kerangka pikir. Kerangka pikir menggambarkan bagaimana peneliti menghubungkan antara masalah yang dihadapi dengan teori yang dikaji sehingga ditetapkan solusi yang tercermin dalam judul PTK. Selain dengan mendeskripsikan, kerangka pikir juga bisa digambarkan dalam bentuk bagan/skema.
Langkah akhir dalam kegiatan mengkaji teori adalah menentukan hipotesis tindakan. Hipotesis tindakan adalah dugaan terhadap perubahan yang akan terjadi setelah suatu tindakan dilakukan. Hipotesis tindakan umumnya dirumuskan dalam bentuk keyakinan tindakan yang akan diambil akan dapat memperbaiki sistem, proses, atau hasil. Contoh hipotesis tindakan:
·      Jika metode DIKSI diterapkan pada pembelajaran membacakan puisi, kualitas proses belajar siswa akan meningkat.
·      Jika metode DIKSI diterapkan pada pembelajaran membacakan puisi, kompetensi siswa dalam membacakan puisi akan meningkat.

Kalimat hipotesis tersebut dapat juga dirumuskan dengan kalimat berikut:
·      Dengan penerapan metode DIKSI pada pembelajaran membacakan puisi, kualitas proses belajar siswa akan meningkat.
·      Setelah diterapkan metode DIKSI pada pembelajaran membacakan puisi, kompetensi membacakan puisi siswa meningkat.

6.   Merencanakan Tindakan
Setelah peneliti menentukan judul PTK, merumuskan masalah, mengkaji teori, dan merumuskan hipotesis tindakan, tahap berikutnya adalah merencanakan tindakan. Kegiatan merencanakan tindakan meliputi:
a.    Membuat skenario pembelajaran yang berisikan langkah-langkah kegiatan dalam pembelajaran (sama dengan langkah-langkah pembelajaran dalam RPP).
b.    Mempersiapkan sarana pembelajaran yang mendukung terlaksananya tindakan.
c.    Mempersiapkan instrumen penelitian, seperti lembar observasi, kuisioner, angket, pertanyaan wawancara, soal tes, dsb.
d.    Melakukan simulasi pelaksanaan tindakan
Hal penting yang juga harus dilakukan dalam kegiatan merencanakan tindakan adalah menentukan kriteria keberhasilan tindakan. Kriteria merupakan ukuran yang ditentukan peneliti untuk menentukan apakah tindakan yang nantinya dilakukan berhasil atau tidak. Kriteria keberhasilan tindakan biasanya dihubungkan dengan rumusan masalah yang meliputi kriteria keberhasilan proses dan hasil pembelajaran. Ukuran keberhasilan proses misalnya: Proses belajar dikatakan berhasil jika 95% siswa terlibat dalam proses pembelajaran, jika 50% siswa mengajukan pertanyaan dalam kegiatan pembelajaran, dsb. Ukuran keberhasilan hasil misalnya: Keberhasilan hasil belajar jika 100% siswa mencapai nilai minimal sama dengan KKM, jika rata-rata nilai siswa dalam kompetensi ... meningkat 0,5 dan sebagainya.
         
D.   Bagaimanakah Menyusun Proposal PTK?
Sebelum melaksanakan PTK, guru dituntut membuat proposal PTK terlebih dahulu. Proposal PTK dapat difungsikan sebagai media untuk mengajukan dana penelitian dari lembaga tertentu. Terlepas dari itu, proposal PTK tetap saja menjadi hal wajib yang harus dilakukan guru sebelum melaksanakan PTK karena proposal adalah sebuah rancangan yang akan membantu guru dalam melaksanakan sampai dengan menyusun laporan PTK. 
Format proposal PTK ada bermacam-macam. Jika proposal dibuat berdasarkan tawaran dari lembaga tertentu, guru wajib mengikuti format dan sistematika dari lembaga yang bersangkutan. Salah satu format PTK yang dapat digunakan sebagai acuan bagi guru adalah format PTK dari Depdiknas sebagai berikut:
Halaman Depan
  1. Judul Penelitian
  2. Bidang Kajian
  3. Pendahuluan
  4. Perumusan Masalah
  5. Tujuan Penelitian
  6. Manfaat Penelitian
  7. Tinjauan Pustaka
  8. Metode Penelitian
  9. Personalia Penelitian
  10. Jadwal Penelitian
Lampiran-lampiran

Halaman depan
Halaman depan berisi judul Proposal PTK, nama peneliti, identitas peneliti (NIP, Unit Kerja), Lokasi Penelitian, dan tahun dibuatnya proposal.

Judul Penelitian
Penjelasan dan contoh judul penelitian sudah dikemukakan pada bagian terdahulu. Prinsipnya, judul haruslah mudah dipahami pembaca.

Bidang Kajian
Tuliskan bidang kajian yang diteliti. Misalnya: Desain dan Strategi Pembelajaran (jika peneliti menerapkan desain atau strategi pembelajaran dalam pemecahan masalah) atau Media Pembelajaran (jika peneliti menerapkan media pembelajaran dalam pemecahan masalah), dan sebagainya.

Pendahuluan
Bagian pendahuluan berisi hal-hal yang melatarbelakangi penelitian tindakan kelas yang dilakukan. Bagian ini memaparkan kondisi ideal atau harapan yang dipertentangkan dengan kondisi nyata yang terjadi di kelas. Setelah itu jelaskan permasalahan yang terjadi dan dilanjutkan dengan solusi yang diambil atau pilihan tindakan yang ditetapkan.

Perumusan Masalah
Kemukakan rumusan masalah PTK dalam kalimat naratif. Biasanya berupa kalimat pertanyaan, tetapi bias juga berupa kalimat pernyataan. Rumusan masalah merupakan kalimat yang nantinya akan dijawab dalam penelitian.

Tujuan Penelitian
Kemukakan tujuan penelitian yang ingin dicapai dengan mendasarkan pada permasalahan yang dikemukakan. Tujuan diuraikan dengan jelas sehingga tampak gambaran keberhasilannya.

Manfaat Penelitian
Uraikan manfaat praktis hasil penelitian terkait dengan kualitas pendidikan dan/atau pembelajaran bagi siswa, guru, maupun komponen pendidikan lainnya. Bila perlu, kemukakan juga manfaat teoretis sebagai bahan penelitian yang perlu diteliti lebih lanjut oleh peneliti lain.

Kajian Pustaka
Uraikan dengan jelas kajian teori dan pustaka yang menumbuhkan gagasan yang mendasari penelitian yang akan dilakukan. Kemukakan teori, temuan dan bahan penelitian lain yang dipahami sebagai acuan, yang dijadikan landasan untuk menunjukkan ketepatan tentang tindakan yang akan dilakukan dalam mengatasi permasalahan penelitian tersebut. Uraian ini digunakan untuk menyusun kerangka berpikir atau konsep yang akan digunakan dalam penelitian. Pada bagian akhir dikemukakan hipotesis tindakan yang menggambarkan tingkat keberhasilan tindakan yang diharapkan/diantisipasi.

Metode Penelitian
Uraikan secara jelas prosedur penelitian yang akan dilakukan. Kemukakan: (1) setting atau lokasi penelitian (kemukakan identitas sekolah yang menjadi tempat penelitian); (2) subjek penelitian (siswa kelas berapa beserta informasi penting mengenai kondisi siswa); (3) alat-alat dan teknik pengumpulan data; (4) prosedur penelitian (mengacu pada konsep PTK, yakni melalui kegiatan: perencanaan-tindakan-observasi/evaluasi-refleksi, yang bersifat daur ulang atau siklus); dan (5) kriteria keberhasilan tindakan, yakni ukuran atau indikator yang ditetapkan untuk menentukan keberhasilan tindakan yang dilakukan.


Personalia Penelitian
Tulislah personalia yang terlibat dalam PTK. Tuliskan identitas dan perannya dalam PTK, yakni sebagai peneliti atau kolaborator. Kemukakan juga kelebihan yang terkait dengan penelitian yang akan dilakukan bila perlu.

Jadwal Penelitian
Buatlah jadwal kegiatan penelitian yang meliputi kegiatan persiapan, pelaksanaan, dan penyusunan laporan hasil penelitian dalam bentuk bar chart. Contohnya, jadwal kegiatan penelitian disusun selama 10 bulan.

Lampiran-lampiran
1.    Daftar Pustaka yang dituliskan secara konsisten
2.    Riwayat Hidup Peneliti dan Anggota Peneliti (kolaborar)
3.    Pengalaman penelitian relevan yang telah dihasilkan sampai saat ini

E.    Penutup
          Memulai kegiatan PTK harus dengan merancang yang meliputi kegiatan menemukan masalah, identifikasi dan analisis masalah, menentukan judul, merumuskan masalah, mengkaji teori, dan merencanakan tindakan. Dari kegiatan tersebut, guru menuangkan ke dalam bentuk proposal atau draf proposal PTK sesuai dengan sistematika yang ditentukan.
          Draf proposal PTK akan menjadi proposal PTK yang lebih mantap dengan cara diseminarkan di forum yang relevan (KKG, MGMP, dsb.). Jika seorang guru telah memiliki proposal PTK, langkah selanjutnya tinggal melaksanankan tindakan, mengobservasi, mengevaluasi, dan menyimpulkan. Dengan merancang PTK dalam wujud membuat proposal PTK dapat dikatakan guru sudah menyelesaikan kegiatan penelitian tindakan kelas sebanyak 50%. Selamat  memulai PTK.








DAFTAR PUSTAKA

Leo Idra Ardiana. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdiknas, Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah.
Mc Niff, Jean. 1988. Action Research: Principles and Practice. Great Britain: Mackays of Chatham.
Suhardjono. 2006. Pengembangan Profesi Guru dan Karya Tulis Ilmiah. (makalah). http://www.lpmpjabar.go.id . diakses tanggal 2 Oktober 2011.
Suharsimi Arikunto. 2007. Penelitian Tindakan Kelas (Bahan Pelatihan PTK untuk Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas)
___________ . 2010. Penelitian Tindakan untuk Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas. Yogyakarta: Aditya Media.
Suherli. 2007. Menulis Karangan Ilmiah, Kajian dan Penuntun dalam Menyusun Karya Tulis Ilmiah. Depok: Arya Duta.
Sukamto. 2000. Pedoman Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Pendidikan Tinggi
---- Permenpan dan RB Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya
Sukidin dkk. 2008. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Insan Cendekia.