A. Pendahuluan
Saat
ini, guru sudah tidak lagi menjadi profesi yang diolok-olok atau direndahkan
seperti gambaran yang ada pada lagu “Umar Bakri”-nya Iwan Fals. Profesi guru
sudah menjadi profesi yang bermartabat sebagaimana diamanatkan dalam
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Pemerintah telah
memberi perhatian lebih terhadap guru dengan memberikan tunjangan profesi.
Tidak heran jika kini, lembaga perguruan tinggi keguruan (dulu IKIP) sudah diminati
tidak hanya oleh lulusan SMA reguler, tetapi juga lulusan SMA favorit.
Konsekuensi
dari sebutan guru profesional, tidak berlebihan jika mereka dituntut untuk selalu
mengembangkan keprofesiannya secara berkelanjutan. Salah satunya, mereka harus
suka menulis, menuangkan ide, opini, gagasan, tinjauan yang terkait dengan
dunia yang digelutinya. Dengan menulis, guru bisa berbagi, memberikan usul,
saran, masukan untuk kemajuan pendidikan secara ilmiah dan profesional. Di
samping itu, secara alamiah, guru juga sekaligus dapat memberikan contoh dan
motivasi bagi peserta didiknya.
Namun,
sampai sejauh ini guru masih belum familier dengan kegiatan tulis menulis.
Banyak faktor yang menjadi penyebab rendahnya motivasi dan kompetensi menulis
bagi guru. Sukasmo mengemukakan bahwa penyebab rendahnya kemampuan guru dalam
menulis karya ilmiah, yaitu: (1) kurangnya pengetahuan, pemahaman, dan
keterampilan guru dalam menulis karya ilmiah, khususnya menulis artikel ilmiah,
(2) terbatasnya sarana bacaan ilmiah terutama yang berupa majalah ilmiah atau
jurnal, (3) belum tersedianya majalah atau jurnal di lingkungan sekolah atau
dinas pendidikan kabupaten yang bisa menampung tulisan para guru, (4) masih
terbatasnya penyelenggaraan lomba menulis karya ilmiah yang diselenggarakan
oleh dinas pendidikan baik pada tingkat nasional, tingkat provinsi maupun pada
tingkat kabupaten, dan (5) masih rendahnya motivasi guru untuk mengikuti lomba
menulis karya ilmiah (http://www.m-edukasi.web.id).
Untuk
memberikan bekal sekaligus motivasi, tulisan sederhana ini akan memberikan
beberapa pemahaman mengenai kegiatan menulis, khususnya artikel ilmiah, yakni
(1) Konsep Artikel Ilmiah dalam Kegiatan Publikasi Ilmiah, (2) Kerangka Isi
Artikel Ilmiah, (3) Bukti Fisik dan Besaran Angka Kredit, (4) Rambu-rambu
Persyaratan Artikel Ilmiah yang Dapat Dinilai Angka Kreditnya.
B. Konsep Artikel Ilmiah dalam Kegiatan
Publikasi Ilmiah
Artikel
ilmiah dalam bidang pendidikan adalah tulisan yang berisi gagasan atau tinjauan
ilmiah dalam bidang pendidikan formal dan pembelajaran di satuan pendidikan
yang dimuat di jurnal ilmiah (Kemendiknas, 2010: 29). Ada dua kata kunci yang
dapat digarisbawahi dari definisi tersebut. Pertama isi dari artikel ilmiah
haruslah berupa gagasan atau tinjauan ilmiah dalam bidang pendidikan formal dan
pembelajaran di satuan pendidikan. Kedua, tulisan itu harus dimuat di media
berbentuk jurnal ilmiah.
Sebelum
membahas isi artikel ilmiah, kita harus tahu terlebih dahulu konsep tentang
jurnal ilmiah. Menurut wikipedia jurnal ilmiah merupakan
salah satu jenis jurnal akademik di mana penulis (umumnya peneliti)
mempublikasikan artikel ilmiah yang biasanya memberikan kontribusi terhadap
teori atau penerarapan ilmu. Untuk memastikan kualitas ilmiah pada artikel yang
diterbitkan, suatu artikel biasa diteliti oleh rekan-rekan sejawatnya dan
direvisi oleh penulis, hal ini dikenal sebagai peer review (review
oleh orang-orang yang lebih berkompeten).
Nabih Bawazir menulis pengertian jurnal berdasarkan
versi lain, yaitu jurnal adalah terbitan berkala yang berbentuk majalah yang
berisi bahan ilmiah yang diterbitkan untuk orang-orang dengan minat khusus
(misal: matematika). Awalnya jurnal dalam bentuk buku, namun seiring
berkembangnya teknologi informasi, jurnal kini diterbitkan dalam bentuk
elektronik, atau lebih dikenal dengan nama e-Journal. Jurnal biasanya diterbitkan 2-3 kali dalam setahun, berapa jurnal
besar biasanya bisa lebih (www.nabihbawazir.com).
Menurut
Pedoman Kegiatan Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan (PKB) dan Angka Kreditnya, artikel ilmiah termasuk salah satu
bentuk tulisan wajib yang harus ada ketika seorang guru mengajukan angka kredit
untuk kenaikan pangkat dari golongan IV/a ke atas. Dengan kata lain, jika
seorang guru bergolongan IV/a ingin naik pangkat ke IV/b, dia harus memiliki
minimal satu kegiatan publikasi ilmiah berupa artikel ilmiah. Oleh karena itu,
sangatlah perlu seorang guru belajar untuk memahami, berlatih, dan berupaya
menulis artikel ilmiah dan mengirimkannya ke jurnal ilmiah. lebih lengkapnya,
aturan mengenai jenis publikasi ilmiah dan karya inovatif yang dipersyaratkan
untuk kenaikan pangkat golongan tertentu tertuang dalam tabel berikut.
Ragam Jenis Publikasi Ilmiah/Karya Inovatif untuk Setiap
Jenjang Jabatan
Dari Jabatan
|
Ke Jabatan
|
Jumlah AK dari Subunsur PI dan KI
|
Macam Publikasi Ilmiah/
Karya Inovatif yang Wajib Ada
|
Guru Pertama
golongan III/a
|
Guru Pertama
golongan III/b
|
-
|
-
|
Guru Pertama
golongan III/b
|
Guru Muda
golongan III/c
|
4 (empat)
|
Bebas pada jenis karya publikasi ilmiah & karya inovatif
|
Guru Muda
golongan III/c
|
Guru Muda
golongan III/d
|
6 (enam)
|
Bebas pada jenis karya publikasi ilmiah & karya inovatif
|
Guru Muda
golongan III/d
|
Guru Madya
golongan IV/a
|
8 (delapan)
|
Minimal terdapat 1 (satu) laporan hasil penelitian
|
Guru Madya
golongan IV/a
|
Guru Madya
golongan IV/b
|
12 (duabelas)
|
Minimal terdapat 1 (satu) laporan hasil penelitian dan 1 (satu) artikel
yang dimuat di jurnal yang ber- ISSN
|
Guru Madya
golongan IV/b
|
Guru Madya
golongan IV/c
|
12 (duabelas)
|
Minimal terdapat 1 (satu) laporan hasil penelitian dan 1 (satu) artikel
yang dimuat di jurnal yang ber- ISSN
|
Guru Madya
golongan IV/c
|
Guru Utama
golongan IV/d
|
14 (empatbelas)
|
Minimal terdapat
1 (satu) laporan hasil penelitian dan 1 (satu) artikel yang dimuat di jurnal yang ber- ISSN dan 1 (satu) buku
pelajaran atau buku pendidikan yang ber-ISBN
|
Guru Utama
golongan IV/d
|
Guru Utama
golongan IV/e
|
20 (duapuluh)
|
Minimal terdapat 1 (satu) laporan hasil penelitian dan 1 (satu) artikel
yang dimuat di jurnal yang ber- ISSN
dan 1 (satu) buku pelajaran atau buku pendidikan yang ber-ISBN
|
Keterangan:
Untuk
kenaikan pangkat/golongan mulai III/d ke atas:
- Jumlah publikasi yang berbentuk diktat, karya terjemahan, atau tulisan ilmiah populer paling banyak 3 (tiga) buah. Buku pedoman guru paling banyak 1 (satu) buah.
- Untuk penulisan laporan penelitian maksimal 2 laporan per tahun.
- Untuk karya inovatif maksimal 50% dari angka kredit yang dibutuhkan.
C. Kerangka Isi Artikel Ilmiah
Artikel
ilmiah di bidang pendidikan umumnya mengikuti aturan dari jurnal yang akan
memuat artikel ilmiah dimaksud dan setidak-tidaknya berisi:
1. pendahuluan,
yang menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, dan
manfaat;
2. kajian
teori, yang menguraikan tentang teori-teori yang relevan;
3. pembahasan,
yang mengemukakan tentang gagasan/ide penulis dalam upaya memecahkan masalah
yang berkaitan dengan bidang pendidikan dan pembelajaran di sekolah/ madrasahnya. Pembahasan tersebut didukung
oleh teori dan data yang relevan; dan
4. Kesimpulan.
D. Bukti Fisik dan Besaran Angka Kredit
Bukti fisik yang
diperlukan untuk penilaian angka kredit adalah sebagai berikut.
- Jurnal ilmiah asli atau fotokopi yang menunjukkan adanya nomor ISSN, surat keterangan akreditasi untuk tingkat nasional, (atau surat keterangan bahwa jurnal tersebut adalah tingkat nasional tetapi tidak terakreditasi), surat keterangan bila jurnal tersebut diterbitkan di tingkat provinsi atau kabupaten/kota, atau tingkat lokal (kabupaten/ kota/sekolah/madrasah).
- Bila satu artikel ilmiah yang sama dimuat di beberapa majalah/jurnal ilmiah, maka yang dapat dinilai hanya satu dan dipilih artikel yang berpeluang angka kreditnya terbesar.
- Semua bukti fisik di atas memerlukan surat pernyataan keaslian dari kepala sekolah/madrasah yang disertai tanda tangan kepala sekolah/ madrasah dan cap sekolah/madrasah bersangkutan.
No
|
Jenis Artikel Ilmiah di Bidang
Pendidikan dan Pengajaran
|
Angka Kredit
|
1
|
Artikel ilmiah dalam bidang pendidikan formal dan
pembelajaran pada satuan pendidikan dimuat di jurnal tingkat nasional
terakreditasi
|
2
|
2
|
Artikel ilmiah dalam bidang pendidikan formal dan
pembelajaran pada satuan pendidikan di muat di jurnal tingkat nasional tidak
terakreditasi atau tingkat provinsi terakreditasi
|
1,5
|
3
|
Artikel ilmiah dalam bidang pendidikan formal dan
pembelajaran pada satuan pendidikan dimuat di jurnal tingkat provinsi tidak
terakreditasi atau tingkat lokal (kabupaten/kota/sekolah/madrasah)
|
1
|
E. Rambu-rambu Persyaratan Artikel Ilmiah yang
Dapat Dinilai Angka Kreditnya
Artikel
ilmiah yang diajukan untuk memperoleh angka kredit dapat ditolak jika tidak
sesuai dengan ketentuan yang dipersyaratkan. Dalam buku Pedoman Penilaian
Kegiatan PKB dijelaskan bahwa ada dua alasan penolakan. Artikel ilmiah ditolak
jika:
1.
Dinyatakan sebagai artikel ilmiah, namun isinya
tidak sesuai dan tidak berisi gagasan atau tinjauan ilmiah dalam pendidikan
formal dan pembajaran di satuan pendidikannya.
Untuk penolakan ini
disarankan untuk membuat PUBLIKASI ILMIAH baru, yang berisi atau
mempermasalahkan permasalahan nyata di bidang pendidikan formal pada satuan
pendidikannya yang sesuai dengan tugas guru yang bersangkutan.
2.
Dinyatakan sebagai artikel ilmiah, namun tidak
disertai dengan bukti-bukti fisik yang dipersyaratkan.
Untuk penolakan ini
disarankan untuk melengkapi bukti fisik atau membuat PUBLIKASI ILMIAH baru, yang berisi atau mempermasalahkan
permasalahan nyata di bidang pendidikan formal pada satuan pendidikannya yang
sesuai dengan tugas guru yang bersangkutan.
Sebagai
gambaran tentang karya tulis ilmiah yang tidak memenuhi syarat isi, dalam buku Pedoman Kegiatan PKB dan Angka Kreditnya,
diilustrasikan bahwa dalam praktik dijumpai banyak KTI yang berisi uraian
hal-hal yang terlalu umum, atau tidak berkaitan dengan permasalahan atau
cenderung merupakan KTI yang membahas hal-hal yang terlalu umum, dan tidak
mempunyai keterkaitan langsung dengan upaya kegiatan pengembangan keprofesian
guru yang bersangkutan, tidak memberikan keterangan tentang kegiatan yang
dilakukan di kelasnya, di kegiatan nyata yang dilakukan oleh guru dalam
kegiatan pengembangan profesinya. Mengapa demikian? Karena KTI semacam itulah yang paling mudah ditiru. KTI
semacam itulah yang paling mudah dipakai kembali oleh orang lain dengan cara
mengganti nama penulisnya.
Sebagai
contoh KTI yang berjudul: “Membangun Karakter Bangsa melalui Kegiatan
Ekstrakurikuler”. KTI tersebut sama sekali tidak memaparkan hal spesifik dari
guru si penulis dan berkaitan dengan
permasalahan yang ada di sekolah/madrasah
atau kelasnya. Meskipun KTI berada dalam bidang pendidikan, bagaimana
dapat diketahui bahwa tulisan tersebut adalah karya guru yang bersangkutan?
Berikut
ini adalah contoh judul-judul artikel ilmiah yang ditolak karena tidak terkait
langsung dengan sekolah/madrasahnya ataupun tentang mata pelajaran yang menjadi
tanggung jawabnya.
• Peranan
Pemberdayaan Sumberdaya Manusia terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan
• Hubungan
Kepribadian Guru dengan Prestasi Belajar Siswa
• Peran
Orang Tua dalam Membangun Perilaku Anak.
• Wujud
Pendidikan Nilai dan Budi Pekerti di Sekolah
untuk Membentuk Kepribadian Siswa
• Konsep
Fullday School di Indonesia
• Membangun
Pendidikan Dasar yang Berkualitas dengan Konsep CBSA
• Masa
Depan Anak Ditentukan oleh Peran Keluarga dan Sekolah
• Potret
Pelaksanaan Otonomi Pendidikan di Indonesia
• Penilaian
Prestasi Hasil Belajar Siswa
• Gambaran
Guru yang Baik
• Kajian
tentang Sikap Profesional Guru
• Peran
Guru dalam Pelaksanaan Administrasi Pendidikan Sekolah
• Penggunaan
Media Pembelajaran dalam Micro Teaching
• Kualitas
Pendidikan dalam Upaya Memngurangi Kekerasan Sosial
• Manfaat
Study Tour bagi Sekolah
• Pembelajaran
IPA di Era Globalisasi
• Pembelajaran
PIS Menentukan Kualitas SDM Indonesia
• Pembelajaran
Matematika Menyongsong Era Global
• Kelemahan
Pembelajaran IPA di Selolah Lanjutan dalam Menghadapi Tantangan Global
• Peranan
Perpustakaan dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
Contoh judul artikel
ilmiah yang berisi gagasan terkait dengan pendidikan formal dan pembelajaran di
satuan pendidikan:
- Penerapan Teknik Bermain Recorder yang Benar sebagai Solusi Pembelajaran Praktik Recorder di SMP (Jaka Sutikna, Widyasembada Volume 1 Nomor 2)
- “Pemilihan Dai Muhipa” Sebuah Model Pembelajaran Berpidato Bahasa Indonesia Bermuatan Imtak (Murwati Widiani, Widyasembada Volume 1 Nomor 2)
- “Ayo, Bermain dengan Jari”: Jari sebagai Media Bermain dan Belajar di Taman Kanak-kanak” (Sri Ningsih, Widyasembada Volume 1 Nomor 1)
- “Penggunaan Membran Telur untuk Pembelajaran Sifat Kologatif Larutan Tekanan Osmotik” (Siti Zumrotul Arifah, Jurnal Profisi, Nomor 1 Tahun 1)
- “Model Alat Percobaan Pemanfaatan Perubahan Cahaya Matahari menjadi Energi Gerak/Kinetik” (Ngubagyo Riadi, Jurnal Sagasitas, Volume 5, Nomor 1)
- “Pemanfaatan Limbah Kaca sebagai Bahan Pembuatan Ornamen melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning di SMP Negeri 1 Bantul” (Sariyem, Jurnal Sagasitas Volume 5, Nomor 2)
- “Freedom of Action” dalam pembelajaran Biologi di SMA Negeri 6 Yogyakarta (Rudi Prakanto, Jurnal Sagasitas Volume 3 No.2)
- “Optimalisasi Pembelajaran Konsep Tata Surya dengan Metode Penugasan Bertahap dan Terencana” (Siti Hajarwati, Jurnal Sagasitas Volume 2, No.2)
Contoh
judul-judul artikel ilmiah yang ditolak dan judul-judul artikrl ilmiah yang
sesuai, diharapkan dapat memberikan gambaran untuk mulai memikirkan gagasan,
menuangkan gagasan dalam judul, dan mengembangkan judul menjadi sebuah artikel
ilmiah yang memenuhi persyaratan.
F. Penutup
Sudah
saatnya guru menulis. Tidak ada cara lain untuk dapat menulis sebuah artikel
ilmiah kecuali dengan membaca banyak contoh, mencoba, dan berlatih. Menulis
bukan keterampilan yang alamiah dapat dikuasai seseorang sebagaimana
keterampilan menyimak dan berbicara. Menulis dapat dikuasai seseorang melalui
kegiatan berlatih dengan sungguh-sungguh. Namun demikian, menulis bukan sebuah
kompetensi yang sulit. Asal ada kemauan, insya Allah di situlah seseorang
memperoleh kesuksesan.
Artikel
ilmiah merupakan bentuk kegiatan publikasi ilmiah yang wajib dimiliki oleh
seorang guru yang sudah bergolongan IV/a ke atas. Tanpa artikel ilmiah, mereka
tidak dapat naik pangkat. Berbeda halnya dengan aturan terdahulu, seorang guru
dapat saja mengajukan kegiatan pengembangan profesi dengan semuanya berbentuk
diktat pelajaran atau satu jenis kegiatan/karya saja. Oleh karena itu, mari
kita tuangkan ide, gagasan untuk dikembangkan menjadi artikel ilmiah. Selamat
mencoba.
DAFTAR PUSTAKA
Kemendiknas.
(2010). Pedoman Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan (PKB) dan Angka Kreditnya. Jakarta, Direktorat Jenderal
PMPTK.
Kemendiknas.
(2010). Pedoman Penilaian Kegiatan
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB). Jakarta, Direktorat Jenderal
PMPTK.
Nabih Bawazir.(2012). Apa itu Artikel Jurnal
Ilmiah?. www.nabihbawazir.com. diunduh tanggal 1
Februari 2014.
Sukasmo. (2012). “Menulis Karya Ilmiah dalam
Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru” (Artikel) dalam www.m-edukasi.web.id.Media.Pendidikan.Indonesia
diunduh tanggal 1 Februari 2014.
BIsakah saya diberikan contoh artikelnya...sy guru smpn 1 leksono wonosobo.. 085643199322
BalasHapus