A. Pendahuluan
Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) merupakan bentuk penelitian yang paling sesuai untuk
mengatasi berbagai permasalahan pembelajaran yang dihadapi guru.
Seorang guru yang melaksanakan PTK akan memperoleh manfaat ganda, baik bagi
dirinya, para siswanya, maupun bagi institusi pendidikan. Bagi guru, PTK akan
meningkatkan kualitas kinerjanya, meningkatkan kemampuan dalam menyelesaikan
masalah pembelajaran, sekaligus meningkatkan kemampuan dalam kegiatan
pengembangan profesi, khususnya dalam kegiatan penelitian pendidikan. Bagi
siswa, dengan PTK, kualitas proses dan hasil belajarnya akan meningkat. Jika
kemampuan guru dan siswa meningkat, sekolah juga akan memperoleh keuntungan
karena memiliki guru yang profesional dan menghasilkan lulusan yang lebih berkualitas.
Di
samping itu, karya tulis hasil penelitian tindakan kelas akan bermanfaat bagi
peningkatan karier dan
jabatan yang berimbas pada
peningkatan kesejahteraan guru. Misalnya, untuk mengajukan usul kenaikan
pangkat ke IV/b dan seterusnya, sebuah laporan PTK yang ditulis dalam bentuk
makalah dan cukup didokumentasikan di perpustakaan sekolah mendapatkan poin 4.
Jika dalam satu tahun guru melaksanakan PTK satu kali, dalam tiga tahun guru
tersebut sudah dapat naik ke IV/b. Dalam
aturan yang baru, kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan, termasuk di
dalamnya menulis laporan hasil penelitian, sudah diperhitungkan sejak golongan
III/b. Dalam Permenpan & RB Nomor 16 Tahun 2009 yang akan diberlakukan
tahun 2013 dijelaskan bahwa membuat karya tulis berupa laporan hasil penelitian
pada bidang pendidikan di sekolahnya, diseminarkan di sekolahnya, dan disimpan
di perpustakaan, dihargai dengan angka kredit 4. Dalam usul sertifikasi guru, PTK dihargai dengan nilai
10. Karya tulis hasil
PTK juga dapat dimanfaatkan
sebagai naskah lomba karya tulis di
berbagai kompetisi guru tingkat daerah maupun nasional.
Sayangnya, tidak semua guru mau dan mampu mempraktikkan
PTK. Zubaidi, 2000 (dalam Sukidin, 2008) mengemukakan lima
kendala yang dihadapi guru dalam melaksanakan PTK: (1) lemahnya pemahaman
konsep dan prinsip-prinsip PTK, (2) kurang adanya program dan anggaran dari
pihak-pihak yang terkait untuk melaksanakan PTK bagi para guru, (3) belum
membudayanya reflecting thinking
melalui portfolio (catatan seseorang tentang kinerjanya dari waktu ke waktu
yang dibuatnya sendiri dengan sejujur-jujurnya), (4) tidak adanya pembimbing
penelitian di sekolah, dan (5) mentalitas suka pada kemapanan daripada
mengikuti perkembangan (keluhan tidak memiliki waktu, menambah beban,
lingkungan tidak mendukung, tidak ada dana, dsb.)
Sebelum melaksanakan PTK, terlebih dahulu guru harus
memahami konsep PTK, kemudian merancang PTK dan menyusun proposal PTK. Untuk itu,
dalam tulisan ini akan dibahas: (1) Apakah Penelitian Tindakan Kelas itu?; (2) Bagaimanakah
merancang PTK?; dan (3) Bagaimanakah menyusun Proposal PTK?
B. Apakah Penelitian Tindakan Kelas itu?
1. Konsep dan Tujuan PTK
Suharsimi
Arikunto (2007) mengungkapkan pengalamannya ketika menilai KTI yang dibuat guru
banyak ditemukan kekeliruan dalam menafsirkan PTK. Di sampul depan ditulis PTK,
tetapi di bagian dalam ternyata hanya menggambarkan proses pembelajaran biasa.
Dalam penjelasannya mamang guru sudah melakukan sesuatu, tetapi kenyataan yang
ada, guru hanya melakukan pembelajaran seperti biasa saja, misalnya guru
memberikan lembar kerja kepada siswa, atau guru memberikan tugas untuk
dilakukan di luar kelas, atau guru menyuruh siswa menghafalkan rumus untuk
digunakan di kelas. Yang benar, dalam PTK ada tindakan yang diberikan oleh guru
kepada siswa dengan maksud meningkatkan prestasi belajar siswa melalui
peningkatan kegiatan siswa.
Ada
beberapa pengertian tentang PTK yang dikemukakan para ahli. Menurut Kemmis (via
Sukamto, 2000:6) penelitian tindakan merupakan sebuah inkuiri yang bersifat
reflektif mandiri yang dilakukan oleh partisipan dalam situasi sosial termasuk
kependidikan dengan maksud untuk meningkatkan kemantapan rasionalitas dari (a)
praktik-praktik sosial maupun kependidikan, (b) pemahaman terhadap praktik-praktik tersebut,
(c) situasi pelaksanaan praktik-praktik pembelajaran.
Suharjono
(2008) mengemukakan bahwa PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki
mutu praktik pembelajaran di kelasnya. PTK berfokus pada kelas atau pada proses belajar-mengajar yang terjadi di
kelas. PTK harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas.
Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di
dalam kelas. Kegiatan penelitian ini tidak saja bertujuan untuk memecahkan
masalah, tetapi sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat
dipecahkan dengan tindakan yang dilakukan.
”The
method of action research involves a self-reflective spiral of planning,
acting, observing, reflecting, and re-planning.” (McNiff, 1988:7). Pada
pelaksanaan PTK, guru terus-menerus mengadakan refleksi, merencanakan tindakan,
dan melaksanakan tindakan pada tahap berikutnya. Oleh sebab itu, PTK merupakan
proses bersiklus, setiap siklusnya terdiri atas empat tahap, yakni perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
Dari
konsep di atas dapat dikatakan bahwa PTK berawal dari kesadaran guru akan
adanya permasalahan di kelas, kemudian guru berusaha mencari solusi, merancang
dan menerapkan solusi, mengamati hasil penerapan solusi, menemukan kekurangan,
kembali menyusun rancangan tindakan yang diperbaiki, dan seterusnya. Itulah
sebabnya dalam PTK harus ada siklus. Banyaknya siklus tergantung pada
ketercapaian keberhasilan tindakan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Ada
pendapat yang menyatakan dapat saja PTK hanya berlangsung dalam satu siklus
jika memang tujuan dan target sudah tercapai. Namun, secara logis, setiap
tindakan yang dilakukan tentu ada kekurangannya. Oleh karena itu, sebagian
besar pakar berpendapat bahwa PTK minimal terdiri atas dua siklus.
Dengan mencermati konsep PTK, dapat disimpulkan bahwa PTK bertujuan untuk
memperbaiki praksis pembelajaran. Dengan PTK diharapkan kualitas proses
pembelajaran menjadi lebih baik. Guru dapat lebih meningkatkan kualitas
pelayanannya dalam mengajar dan pada gilirannya prestasi atau kinerja siswa
akan meningkat.
2. Karakteristik PTK
Tidak
semua kegiatan atau upaya pembelajaran yang dilakukan guru di kelas dapat
dikategorikan sebagai penelitian tindakan kelas. Menurut Suharsimi Arikunto (2010:5)
ada persyaratan kegiatan guru supaya dapat dikategorikan sebagai penelitian
tindakan kelas, yaitu:
a. Harus terlihat adanya upaya untuk meningkatkan mutu
profesional guru, bukan hanya sebagai pekerjaan sehari-hari. Kegiatan yang
dilakukan melalui PTK harus tertuju pada peningkatan mutu siswa.
b. Tindakan itu harus dapat dilihat dalam unjuk kerja siswa
secara konkret yang dapat diamati oleh peneliti.
c. Jika yang dipandang sebagai kelas adalah seluruh siswa di
kelas, subjek pelaku bukan perseorangan tetapi klasikal, siswa seluruh kelas
sehingga tidak ada siswa yang bebas dari tindakan.
d. Pemberian tindakan harus dilakukan sendiri oleh guru yang
bersangkutan, tidak boleh meminta bantuan orang lain.
e. Penelitian tindakan berlangsung dalam siklus
(berulang-ulang).
f. Penelitian tindakan bukan berbicara tentang materi,
tetapi tentang cara, prosedur, atau metode.
g. Tindakan yang diberikan guru harus baru, berbeda dari
biasanya.
h. Tindakan yang diberikan guru bukan bersifat teoretik,
tetapi berpijak dari kondisi yang ada.
i. Tindakan yang diberikan guru kepada siswa tidak boleh
diterima sebagai paksaan, tetapi merupakan kesepakatan bersama.
j. Ketika tindakan berlangsung, ada pengamatan secara
sistematis yang dilakukan oleh guru peneliti maupun kolaborator.
k. Jika peneliti menginginkan peningkatan hasil dari adanya
tindakan, perlu ada evaluasi terhadap hasil sebagai konsekuensi dari proses
yang dicobakan, dengan menggunakan instrumen yang relevan.
l. Keberhasilan tindakan dibahas dalam kegiatan refleksi.
C. Bagaimanakah merancang PTK?
Hal
pertama yang harus dilakukan dalam merancang PTK adalah menetapkan fokus
masalah penelitian. Ada empat langkah yang harus dilakukan dalam tahap ini.
1.
Merasakan Adanya Masalah
Banyak
guru yang mungkin bertanya bagaimanakah memulai penelitian tindakan kelas. Untuk
menjawab pertanyaan tersebut, guru harus memiliki perasaan tidak puas terhadap
praktik pembelajaran yang dilakukannya. Jika guru merasa selalu puas terhadap
apa yang dilakukannya, meskipun sebenarnya masih sangat benyak kekurangan dan
hambatan dalam proses pengelolaan, sulit kiranya bagi guru untuk memiliki
inisiatif memulai PTK.
Oleh
karena itu, agar guru dapat mempraktikkan PTK, ia dituntut untuk berkata jujur
terutama pada dirinya sendiri untuk mengakui bahwa masih ada kekurangan dalam
proses pembelajran yang dikelolanya. Dengan kata lain, guru harus merefleksi,
merenung, serta berpikir balik mengenai apa saja yang telah dilakukannya dalam
proses pembelajaran dalam rangka mengidentifikasi sisi-sisi lemah yang mungkin
ada.
Untuk
membantu merasakan adanya masalah, guru dapat mengajukan pertanyaan: Apakah
kompetensi awal siswa yang mengikuti pembelajaran cukup memadai? Apakah proses
pembelajaran yang dilakukan sudah cukup efektif? Apakah hasil pembelajaran
cukup berkualitas? Jika pertanyaan-pertanyaan tersebut dijawab dengan jujur,
akan muncul masalah yang dapat dijadikan pijakan awal untuk melakukan PTK
karena pada dasarnya tidak ada satu pun keadaan guru, siswa, atau kelas yang
sempurna.
2.
Identifikasi Masalah
Pada
tahap ini, guru berusaha menghasilkan gagasan-gagasan awal mengenai permasalahan
awal yang dalam pembelajaran. Masalah tersebut dapat berkaitan
dengan manajemen kelas dan iklim belajar, proses pembelajaran, dan perkembangan
personal. Tiap-tiap kelompok tersebut dapat dijabarkan ke dalam tema-tema yang
lebih operasional.
Cara melakukan identifikasi masalah dapat menggunakan
langkah berikut:
·
Menuliskan
semua hal yang dirasakan memerlukan perhatian dan kepedulian karena akan berdampak
kurang baik,
terutama yang terkait dengan pembelajaran.
·
Pilahkan dan klasifikasikan masalah menurut jenis/bidang permasalahnnya, jumlah siswa yang
mengalami, dan tingkat frekuensi timbulnya masalah
·
Urutkan
dari yang ringan, jarang terjadi, dan banyaknya siswa yang mengalami
permasalahan yang teridentifikasi
·
Ambil 3-5 masalah dan konfirmasikan dengan guru mata pelajaran
yang sama atau serumpun.
·
Jika
yang dirumuskan ternyata mendapat konfirmasi (diakui sebagai masalah yang urgen
untuk dipecahkan), masalah tersebut patut diangkat sebagai calon masalah
PTK.
3.
Analisis Masalah
Analisis
masalah dilakukan untuk mengetahui proses tindak lanjut perbaikan atau solusi
yang akan diambil. Analisis masalah adalah kajian terhadap permasalahan dilihat
dari segi kelayakannya. Sebagai acuan, dapat diajukan pertanyaan sebagai
berikut.
·
di
mana konteks, situasi atau iklim masalah terjadi
·
kondisi
prasarat apakah yang menimbulkan terjadinya masalah
·
bagaimanakah
keterlibatan komponen, aktor dalam terjadinya masalah
·
adakah
alternatif solusi yang dapat diajukan
·
apakah
pemecahan masalah yang akan diambil memerlukan durasi waktu yang tidak terlalu
lama
Analisis
masalah digunakan untuk merancang rencana tindakan, baik dalam bentuk
spesifikasi tindakan, keterlibatan aktor yang berkolaborasi, waktu dalam satu
siklus, identifikasi indikator keberhasilan tindakan, dan hal-hal yang terkait
dengan solusi yang diajukan.
Setelah
masalah dianalisis, peneliti dapat menentukan judul PTK. Judul PTK biasanya
mencerminkan adanya permasalahan, tujuan, solusi yang digunakan untuk
memecahkan permasalahan, dan setting. Membuat judul PTK untuk dilaporkan pada lembaga dan
untuk dijadikan naskah lomba memiliki perbedaan. Sebagai laporan pada lembaga
cukup dibuat dengan bahasa yang lugu, tetapi sebagai naskah lomba, judul PTK
haruslah menarik, inovatif, dan provokatif.
Contoh judul PTK untuk
mata pelajaran Pendidikan Jasmani adalah:
Upaya Peningkatan Pembelajaran Lempar Lembing dengan Pemberian Model
Bermain Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Tempel (Skripsi - Danang Pujo Broto)
Dari judul di atas
dapat dianalisis bahwa permasalahan
yang ada adalah pembelajaran lempar lembing yang belum maksimal. Solusi yang diambil peneliti adalah
dengan pemberian model bermain. Tujuan
yang hendak dicapai adalah untuk meningkatkan (kualitas) pembelajaran, baik
dari komponen proses maupun hasil. Adapun setting yang menjadi subjek
penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Tempel.
Untuk memperoleh gambaran berbagai judul PTK, berikut ini dikemukakan contoh-contoh judul PTK yang berhasil masuk final di Lomba Kreativitas Ilmiah Guru
(LKIG) LIPI:
·
Upaya Meningkatkan
Hasil Belajar Matematika dengan
Permainan Sulap Matematika – Soleh Mawardi, SMP 1 Ngajum, Malang
·
Peningkatan Pemahaman Konsep
Listrik Statis melalui Miako – Gufron, SMPN 2
Tanggul, Jember
·
“Dari ‘Samdesing’
hingga Tepuk Tangan” Upaya Meningkatkan Kompetensi Mendongeng melalui Penerapan
Strategi “BABAK” – Sutrisno, SMP 1 Tepus, GK
·
Mengantarkan Siswa
Menggapai Bintang Panggung Sastra dengan Menerapkan Teknik Kolase – Basuki, SMP 21 Malang
·
Penerapan Metode
“DIKSI”, Sebuah Upaya Meningkatkan Kulitas Pembelajaran Membacakan Puisi – Murwati Widiani, SMA Muh. Pakem
·
Penerapan Model Pembelajaran TANDUR
untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas XA di SMA Negeri 1 Godean – Tri Ismiyati, M.Pd., SMA Negeri 1 Godean.
4.
Merumuskan Masalah
Selanjutnya,
masalah-masalah yang telah diidentifikasi dirumuskan secara jelas, spesifik, dan
operasional. Perumusan masalah yang jelas akan memungkinkan peluang untuk
pemilihan tindakan yang tepat. Rumusan masalah
biasanya berbentuk kalimat pertanyaan, walaupun boleh juga berupa pernyataan.
Contoh perumusan
masalah:
·
Bagaimanakah
pelaksanaan model bermain pada
pembelajaran lempar lembing?
·
Bagaimanakah
peningkatan kualitas proses belajar siswa dalam pembelajaran lempar
lembing setelah diberikan model bermain?
·
Bagaimanakah
peningkatan kompetensi lempar lembing siswa setelah diberikan model
bermain?
5.
Mengkaji Teori
Kegiatan mengkaji teori sebenarnya sudah dilakukan sebelum peneliti
menentukan judul atau menemukan solusi atas permasalahan yang ditentukan. Tanpa
teori, sebuah permasalahan tidak akan dapat diselesaikan. Seorang guru dapat
menciptakan metode, teknik, dan model pembelajaran kreatif dan inovatif. Namun,
hasil ciptaannya itu haruslah berpijak pada satu teori yang sudah ada atau
menggabungkan berbagai teori menjadi satu.
Setelah peneliti membuat judul PTK,
perlu dikaji berbagai teori yang berkaitan dengan judul. Untuk judul PTK Penerapan Metode “DIKSI”, Sebuah Upaya Meningkatkan
Kulitas Pembelajaran Membacakan Puisi, teori yang dikaji misalnya:
a. Manfaat Pembelajaran Sastra / Puisi
b. Baca
Puisi sebagai Bagian dari Kegiatan Apresiasi Puisi
c. Dasar Teori Metode ”DIKSI” (Diskusi, Aksi, dan Refleksi) yang meliputi:
1) pembelajaran berbasis kontekstual (contextual teaching and learning/CTL).
2) cooperative learning
3) teori humanistik
4) quantum learning dan
teori suggestology
Hasil mengkaji teori dituangkan pada bab Landasan Penelitian, subbab Kajian
Teori. Setelah kajian teori, dikemukakan kerangka pikir. Kerangka pikir
menggambarkan bagaimana peneliti menghubungkan antara masalah yang dihadapi
dengan teori yang dikaji sehingga ditetapkan solusi yang tercermin dalam judul
PTK. Selain dengan mendeskripsikan, kerangka pikir juga bisa digambarkan dalam
bentuk bagan/skema.
Langkah akhir
dalam kegiatan mengkaji teori adalah menentukan hipotesis tindakan. Hipotesis tindakan adalah dugaan terhadap perubahan yang
akan terjadi setelah suatu tindakan dilakukan. Hipotesis tindakan umumnya
dirumuskan dalam bentuk keyakinan tindakan yang akan diambil akan dapat memperbaiki
sistem, proses, atau hasil. Contoh hipotesis tindakan:
·
Jika metode DIKSI diterapkan pada pembelajaran membacakan
puisi, kualitas proses belajar siswa akan meningkat.
·
Jika metode DIKSI diterapkan pada pembelajaran membacakan
puisi, kompetensi siswa dalam membacakan puisi akan meningkat.
Kalimat hipotesis tersebut dapat
juga dirumuskan dengan kalimat berikut:
·
Dengan penerapan metode
DIKSI pada pembelajaran membacakan puisi, kualitas proses belajar siswa akan meningkat.
·
Setelah diterapkan
metode DIKSI pada pembelajaran membacakan puisi, kompetensi membacakan puisi
siswa meningkat.
6. Merencanakan Tindakan
Setelah
peneliti menentukan judul PTK, merumuskan masalah,
mengkaji teori, dan merumuskan hipotesis tindakan, tahap berikutnya adalah merencanakan tindakan. Kegiatan merencanakan tindakan meliputi:
a. Membuat skenario pembelajaran yang berisikan
langkah-langkah kegiatan dalam pembelajaran (sama
dengan langkah-langkah pembelajaran dalam RPP).
b. Mempersiapkan sarana pembelajaran yang mendukung
terlaksananya tindakan.
c. Mempersiapkan instrumen penelitian, seperti lembar
observasi, kuisioner, angket, pertanyaan
wawancara, soal tes, dsb.
d. Melakukan simulasi pelaksanaan tindakan
Hal penting yang juga harus dilakukan dalam kegiatan merencanakan tindakan
adalah menentukan kriteria keberhasilan tindakan. Kriteria merupakan ukuran
yang ditentukan peneliti untuk menentukan apakah tindakan yang nantinya
dilakukan berhasil atau tidak. Kriteria keberhasilan tindakan biasanya
dihubungkan dengan rumusan masalah yang meliputi kriteria keberhasilan proses
dan hasil pembelajaran. Ukuran keberhasilan proses misalnya: Proses belajar
dikatakan berhasil jika 95% siswa terlibat dalam proses pembelajaran, jika 50%
siswa mengajukan pertanyaan dalam kegiatan pembelajaran, dsb. Ukuran keberhasilan
hasil misalnya: Keberhasilan hasil belajar jika 100% siswa mencapai nilai
minimal sama dengan KKM, jika rata-rata nilai siswa dalam kompetensi ...
meningkat 0,5 dan sebagainya.
D. Bagaimanakah Menyusun Proposal PTK?
Sebelum melaksanakan PTK,
guru dituntut membuat proposal PTK terlebih dahulu. Proposal PTK dapat
difungsikan sebagai media untuk mengajukan dana penelitian dari lembaga
tertentu. Terlepas dari itu, proposal PTK tetap saja menjadi hal wajib yang
harus dilakukan guru sebelum melaksanakan PTK karena proposal adalah sebuah
rancangan yang akan membantu guru dalam melaksanakan sampai dengan menyusun
laporan PTK.
Format proposal PTK ada
bermacam-macam. Jika proposal dibuat berdasarkan tawaran dari lembaga tertentu,
guru wajib mengikuti format dan sistematika dari lembaga yang bersangkutan.
Salah satu format PTK yang dapat digunakan sebagai acuan bagi guru adalah format
PTK dari Depdiknas sebagai berikut:
Halaman Depan
Lampiran-lampiran
|
Halaman depan
Halaman depan berisi judul Proposal PTK,
nama peneliti, identitas peneliti (NIP, Unit Kerja), Lokasi Penelitian, dan
tahun dibuatnya proposal.
Judul Penelitian
Penjelasan dan contoh judul penelitian sudah
dikemukakan pada bagian terdahulu. Prinsipnya, judul haruslah mudah dipahami pembaca.
Bidang Kajian
Tuliskan bidang kajian yang diteliti. Misalnya:
Desain dan Strategi Pembelajaran (jika peneliti menerapkan desain atau strategi
pembelajaran dalam pemecahan masalah) atau Media Pembelajaran (jika peneliti
menerapkan media pembelajaran dalam pemecahan masalah), dan sebagainya.
Pendahuluan
Bagian pendahuluan berisi hal-hal yang melatarbelakangi
penelitian tindakan kelas yang dilakukan. Bagian ini memaparkan kondisi ideal atau harapan yang dipertentangkan dengan
kondisi nyata yang terjadi di kelas. Setelah itu jelaskan permasalahan yang
terjadi dan dilanjutkan dengan solusi yang diambil atau pilihan tindakan yang
ditetapkan.
Perumusan Masalah
Kemukakan rumusan masalah PTK dalam kalimat
naratif. Biasanya berupa kalimat pertanyaan, tetapi bias juga berupa kalimat
pernyataan. Rumusan masalah merupakan kalimat yang nantinya akan dijawab dalam
penelitian.
Tujuan Penelitian
Kemukakan tujuan penelitian yang ingin
dicapai dengan mendasarkan pada permasalahan yang dikemukakan. Tujuan diuraikan
dengan jelas sehingga tampak gambaran keberhasilannya.
Manfaat Penelitian
Uraikan manfaat praktis hasil penelitian
terkait dengan kualitas pendidikan dan/atau pembelajaran bagi siswa, guru,
maupun komponen pendidikan lainnya. Bila perlu, kemukakan juga manfaat teoretis
sebagai bahan penelitian yang perlu diteliti lebih lanjut oleh peneliti lain.
Kajian Pustaka
Uraikan dengan jelas kajian teori dan
pustaka yang menumbuhkan gagasan yang mendasari penelitian yang akan dilakukan.
Kemukakan teori, temuan dan bahan penelitian lain yang dipahami sebagai acuan,
yang dijadikan landasan untuk menunjukkan ketepatan tentang tindakan yang akan
dilakukan dalam mengatasi permasalahan penelitian tersebut. Uraian ini
digunakan untuk menyusun kerangka berpikir atau konsep yang akan digunakan
dalam penelitian. Pada bagian akhir dikemukakan hipotesis tindakan yang menggambarkan
tingkat keberhasilan tindakan yang diharapkan/diantisipasi.
Metode Penelitian
Uraikan secara jelas
prosedur penelitian yang akan dilakukan. Kemukakan: (1) setting atau lokasi
penelitian (kemukakan identitas sekolah yang menjadi tempat penelitian); (2)
subjek penelitian (siswa kelas berapa beserta informasi penting mengenai
kondisi siswa); (3) alat-alat dan teknik pengumpulan data; (4) prosedur penelitian
(mengacu pada konsep PTK, yakni melalui kegiatan: perencanaan-tindakan-observasi/evaluasi-refleksi,
yang bersifat daur ulang atau siklus); dan (5) kriteria keberhasilan tindakan, yakni ukuran atau indikator yang ditetapkan untuk menentukan
keberhasilan tindakan yang dilakukan.
Personalia Penelitian
Tulislah personalia yang terlibat dalam PTK.
Tuliskan identitas dan perannya dalam PTK, yakni sebagai peneliti atau
kolaborator. Kemukakan juga kelebihan yang terkait dengan penelitian yang akan
dilakukan bila perlu.
Jadwal Penelitian
Buatlah jadwal kegiatan penelitian yang
meliputi kegiatan persiapan, pelaksanaan, dan penyusunan laporan hasil
penelitian dalam bentuk bar chart. Contohnya, jadwal kegiatan penelitian
disusun selama 10 bulan.
Lampiran-lampiran
1. Daftar
Pustaka yang dituliskan secara konsisten
2. Riwayat
Hidup Peneliti dan Anggota Peneliti (kolaborar)
3. Pengalaman
penelitian relevan yang telah dihasilkan sampai saat ini
E. Penutup
Memulai kegiatan PTK harus dengan
merancang yang meliputi kegiatan menemukan masalah, identifikasi dan analisis
masalah, menentukan judul, merumuskan masalah, mengkaji teori, dan merencanakan
tindakan. Dari kegiatan tersebut, guru menuangkan ke dalam bentuk proposal atau draf proposal PTK sesuai dengan sistematika yang
ditentukan.
Draf proposal PTK akan menjadi proposal PTK yang lebih
mantap dengan cara diseminarkan di forum yang relevan (KKG, MGMP, dsb.). Jika seorang guru telah memiliki proposal PTK,
langkah selanjutnya tinggal melaksanankan tindakan, mengobservasi,
mengevaluasi, dan menyimpulkan. Dengan merancang PTK dalam wujud membuat
proposal PTK dapat dikatakan guru sudah menyelesaikan kegiatan penelitian
tindakan kelas sebanyak 50%. Selamat memulai PTK.
DAFTAR PUSTAKA
Leo Idra Ardiana. 2003. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Depdiknas, Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah.
Mc Niff, Jean. 1988. Action Research: Principles
and Practice. Great Britain: Mackays of Chatham.
Suhardjono. 2006. Pengembangan
Profesi Guru dan Karya Tulis Ilmiah. (makalah). http://www.lpmpjabar.go.id . diakses tanggal 2 Oktober 2011.
Suharsimi Arikunto.
2007. Penelitian Tindakan Kelas (Bahan Pelatihan PTK untuk Guru, Kepala
Sekolah, dan Pengawas)
___________ . 2010. Penelitian Tindakan untuk Guru, Kepala
Sekolah, dan Pengawas. Yogyakarta: Aditya Media.
Suherli.
2007. Menulis Karangan Ilmiah, Kajian dan
Penuntun dalam Menyusun Karya Tulis Ilmiah. Depok: Arya Duta.
Sukamto.
2000. Pedoman Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Pendidikan Tinggi
---- Permenpan dan RB
Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya
Sukidin dkk. 2008. Manajemen
Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Insan Cendekia.